Article Detail

HSG (Hari Study Guru) November 2018

Hari Studi Guru bulan November 2018 : diselenggarakan tanggal 24 November 2018 di Ruang Guru mulai pukul 08.00 – 14.00 dengan narasumber : Bpk Abraham Bondan A.W., S.Pd., Bpk. Christian Ari Wijaya, S,Pd yang mempresentasikan bedah buku. dan Bpk. Alexander Estu Pramana, S,Pd. Yang mempresentasikan bedah Film.

Oleh Pak Bondan, Bedah buku yang dipresentasikan berjudul “Mengamalkan Pancasila dalam Terang Iman Katolik”  yang ditulis oleh Petrus Danan Widharsana, penerbit PT Kanisius tahun 2018. Isi Buku ini secara singkat dalam presentasi secara umum mengajak umat Katolik tetap mengobarkan semangat Injili dan ajaran Iman Katolik dalam kehidupan bernegara berlandaskan Pancasila yang tentu saja di negara prlural. Berawal dari keprihatinan dan problem bangsa dengan adanya isu in-toleran, SARA, kejahatan atas nama agama, ujaran kebencian, hoax hingga pembunuhan yang mudah terjadi. Hal itu menggugah sanubari dan perlunya melihat kembali inti dasar ajaran agama (Katolik). Maka di halaman Sambutan beberapa tokoh seperti cendikiawan Muslim yaitu Yudilatif PhD (sebagai kepala Unit Kerja Presiden Pengembangan Ideologi Pancasila) untuk perlunya merevitalsasi Pancasila dalam beragama.

Pada bagian Isi pembahasan bedah buku berjudul “Mengamalkan Pancasila dalam Terang Iman Katolik” berisikan 7 bab, yaitu : Bab 1 (Asas 1) ‘Menjunjung tinggi Martabat manusia’ ; Bab 2 (Asas 2) ‘Mengasihi sesama seperti diri sendiri’ ; Bab 3 ‘Membangun kerukunan (Toleransi” antar-umat beragama’; ; Bab 4 Membela HAM ; Bab 5. Mencintai Tanah Air (Patriotisme) ; Bab 6. Mewujudkan Tanggung Jawab Politik; Bab 7 Ikut mewujudkan Keadilan Sosial ‘ ; dan ditutup bab 8 ‘Memohon perlindungan dari Bunda Maria Bunda Segala Bangsa’  .

Suatu hal yang dipetik hal yang menarik dan menginspirasi dari buku yang dibedah diatas ialah bahwa Umat Katolik di Indonesia disemangati kembali / diteguhkan oleh beberapa sabda Yesus (ada landasan Biblis) dan Dokumen Gereja Vatikan yang mengajak kita dalam hodup menggereja / sebagai umat Katolik perlu berpartisipasi dan berjuang mencintai tanah air dan bangsa dengan slogan : “ Pro ecclesia et patria’ dan 100 % KAtolik 100 % Indonesia oleh Romo Albertus Soegijapranata.

Sesi Bedah buku yang ke-2 dilanjtkan oleh Bpk. Christian Ari Wijaya, S,Pd mempresentasikan dengan metode bercerita dan mengkisahkan Biografi seorang tokoh patriotisme sekaligus dengan tokoh Katolik yaitu Agustinus Adisuciipto “Fly to Fight” yang ditulis oleh Romo Yos Bintoro. Secara garis besar pembahasan bedah buku kali ini lebih menyampaikan kisah yang lengkap sejak Adisucipto lahir, bersekolah, dan karir militer / penerbang, pejuangannya dan akhir hidupnya dengan pengorbanan bersama pesawat yag dibawakannya.  Buku ini membawa pesan kepada pembaca bahwa sebagai generasi penerus dan orang muda kita wajib meningat kembali perjuangan  rasa patriotisme orang –orang muda untuk rela berkorban demi bangsanya.

Sesi ke-3 setelah Istirahat, bersama Bpk. Alexander Estu Pramana, S,Pd dilanjutkan oleh menonton film edukatif yang berjudul : “Freedom Writers”. Film: Freedom Writers di Sutradarai oleh: Richard LaGravenese. Produksi: Paramount Pictures. Tahun: 2007. Penulis Naskah: Richard .

Freedom Writers merupakan film yang diangkat dari kisah nyata perjuangan seorang guru di wilayah New Port Beach, Amerika Serikat dalam membangkitkan kembali semangat anak-anak didiknya untuk belajar. Dikisahkan, Erin Gruwell, seorang wanita idealis berpendidikan tinggi, datang ke Woodrow Wilson High School sebagai guru Bahasa Inggris untuk kelas khusus anak-anak korban perkelahian antargeng rasial.  Misi Erin sangat mulia, ingin memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak bermasalah yang bahkan guru yang lebih berpengalaman pun enggan mengajar mereka. 
Tapi kenyataan tidak selalu seperti yang dipikirkan Erin. Di hari pertamanya mengajar, ia baru menyadari bahwa perang antargeng yang terjadi di kota tersebut juga terbawa sampai ke dalam kelas. Di dalam kelas mereka duduk berkelompok menurut ras masing-masing. Tak ada seorang pun yang mau duduk di kelompok ras yang berbeda. Kesalahpahaman kecil yang terjadi di dalam kelas bisa memicu perkelahian antar ras.

Secara edukatif, terdapat pendekatan Belajar Yang Digunakan Dalam Film tersebut yaitu :

Dalam sudut pandang belajar dan pembelajaran, ada yang dikenal dengan istilah pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang dari seorag guru terhadap proses pembelajaran, sudut pandang disini bersifat umum, yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode yang akan digunakan dalam proses pembalajaran. Pendekatan pembelajaran dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

1.      Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)

2.      Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

 

Macam macam pendekatan dalam pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah:

1.      Pendekatan individual

2.      Pendekatan berkelompok

3.      Pendekatan bervariasi

4.      Pendekatan edukatif

5.      Pendekatan keagamaan

6.      Pendekatan pengalaman

7.      Pendekatan pembiasaan

8.      Pendekatan emosional

9.      Pendekatan rasional

10.  Pendekatan fungsional

11.  Pendekatan kebermaknaan.

 

Seorang guru perlu melakukan beberapa jenis atau macam pendekatan, dikarenakan dalam menghadapi masalah ini perlu pemahaman dari seorang guru terhadap masalah-masalah yang dialami oleh anak didiknya, sehingga dibutuhkan lebih dari satu macam pendekatan. Jika kita (sebagai guru) hanya melihat kondisi fisik siswa yang ada didalam kelas maka kita sebagai guru tidak akan mememukan titik pecah permasalahannya, sehingga dapat menyebabkan masalah menjadi semakin rumit, karena siswa menganggap bahwa guru hanya tahu mengajar secara formal dan tanpa tahu apa yang siswa alami dilaur sana. Padahal lingkungan sekitar juga berpengaruh terhadap proses belajar dan pembelajaran. Oleh sebab itu guru dituntut untuk dapat mengubah pola pikir siswa yang keliru terhadap suatu hal, karena jika pola pikir siswa telah baik maka siswa dapat menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, dan juga siswa dapat membedakan hal mana yang baik ataupun hal yang dianggap buruk. Selain itu siswa juga dapat menghargai orang lain walaupun berbeda suku dan ras.





(Abraham Bondan A.W.)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment